Sunday 18 January 2015

Peluang Usaha Pembuatan Arang Tempurung Kelapa


Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar, arang lebih menguntungkan dibanding kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran yang lebih tinggi, dan asap yang lebih sedikit. Mungkin banyak orang berfikir bahwa penggunaan arang sudah tidak jamannya lagi. 

Namun demikian kebutuhan akan keberadaan arang tetap tinggi, seperti halnya untuk pembakaran berbagai jenis makanan seperti sate, ayam bakar ataupun ikan bakar, posisi arang tidak tergantikan meskipun banyak alternatif lain. Dengan demikian peluang usaha pembuatan arang tempurung kelapa bukanlah suatu hal yang sia-sia untuk dijalankan.

Bahan baku pembuatan arang tempurung kelapa ini pun cukup mudah didapatkan, sebagai “limbah” dari pemanfaatan buah kelapa. Arang dapat ditumbuk, kemudian dikempa menjadi briket dalam berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis penggunaannya dibanding kayu bakar. Arang dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif, dan sebagai bahan pengisi dan pewarna pada industri karet dan plastik.

PIROLISIS
Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida. Peristiwa tersebut disebut sebagai pirolisis.

Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang terjadi pada suhu 150~3000C. pembentukan arang tersebut disebut sebagai pirolisis primer. Arang dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan gas-gas hidrokarbon. Peristiwa ini disebut sebagai pirolisis sekunder.

BAHAN
Tempurung kelapa

PERALATAN
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan arang tempurung kelapa adalah Ruang pengarang. Ruang pengarang digunakan untuk pirolisis atau pembakaran tempurung kelapa secara tidak sempurna sehingga pembakaran terhenti sampai pembentukan molekul karbon atau arang. Ruang pembakaran dapat berupa lobang di dalam tanah, dapur pengarangan, drum pengarangan, dan alat pengarangan.

1. Lobang di dalam tanah. Di tanah yang air tanahnya tidak dangkal, dapat digali sebagai 
    ruang pengarangan. Jika tanah berstruktur kuat, dinding dan lantai lobang tidak perlu 
    diperkuat dengan semen dan batu bata. Jika struktur tanah tidak kuat, misalnya mudah 
    longsor karena banyak berpasir , maka dinding dan lantai perlu diperkuat dengan semen 
    dan batu bata.

2. Dapur pengarangan. Dapur pengarangan adalah ruangan yang bentuknya sama dengan 
    lobang pengarangan. Dapur pengarangan dibuat diatas jika tidak memungkinkan menggali
    lobang karena air tanah terlalu dangkal.

3. Kiln. Kiln merupakan alat khusus untuk pirolisis. Klin sederhana tebuat dari drum bekas. 
    Pirolisis berlangsung di dalam drum dengan membatasi pasokan udara terhadap bahan 
    yang sedang dibakar. Pasokan udara diberikan melalui lobang udara pada badan drum. 
    Pada awal pembakaran, lobang udara ditutup segera setelah seluruh bahan terbakar, 
    lobang udara ditutup untuk mengurangi pasokan oksigen. Panas dari pembakaran 
    sebelumnya pada kondisi kekurangan oksigen sudah cukup untuk pirolisis.
 
CARA PEMBUATAN

Pembakaran dengan menggunakan Lobang dan Dapur Pengarangan Pembakaran dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut ini :

1. Lobang atau dapur pengarangan diisi dengan tempurung setinggi 30 cm, kemudian 
    dibakar. Bila lapisan tempurung ini mulai terbakar, ke atas lapisan yang sedang terbakar 
    dimasukkan lagi tempurung baru sebanyak lapisan sebelumnya. Hal ini dilakukan terus 
    sampai ruangan terisi penuh. Setelah itu, lobang atau dapur pembakaran ditutup dengan 
    rapat. Jika menggunakan lobang pembakaran, ke atas penutup dapat ditambahkan tanah 
    sehingga penutupan menjadi lebih rapat.

2. Ke bagian tengah lobang atau dapur pengarangan diletakkan secara tegak lurus balo 
    kayu atau bambu (diameter 15-20 cm), kemudian diisikan tempurung sampai penuh. 
    Setelah itu, balok kayu atau bambu dicabut secara pelan-pelan dan hati-hati sehingga 
    pada bagian tengah lobang atau dapur pengarangan terbentuk lobang kecil. Ke dasar 
    lobang kecil ini dimasukkan sabut atau daun yang telah dibasahi dengan minyak tanah, 
    kemudian dibakar. Tempurung akan terbakar dari dasar, kemudian akan merambat 
    ke atas. Segera setelah semua tempurung terbakar, lobang atau dapur pengarangan 
    ditutup dengan rapat. Untuk mengeluarkan asap, 2 kali sehari tutup di buka. Proses 
    pengarangan ini berlangsung 5-7 hari.

Pembakaran dengan Menggunakan Kiln
1. Kiln diisi dengan tempurung sepadat dan serapat mungkin. Kiln yang dibuat dari drum 
    bekas dapat diisi 90 kg tempurung.

2. Lobang udara baris pertama dan kedua dari atas ditutup. Setelah itu, ke dalam dasar 
    ruang “kassa api pertama” dimasukkan bahan-bahan mudah terbakar, seperti daun 
    kering dan sabut yang telah dibasahi dengan minyak  tanah, dan dibakar. Kemudian kiln
    ditutup.

3. Segera setelah tempurung pada dasar kiln terbakar, dan api mulai merambat ke bagian 
    atas lobang ketiga yang terbuka, lobang ketiga tersebut ditutup rapat. Sementara itu, 
    lobang baris kedua dibuka. Demikian seterusnya sampai ke lobang baris pertama 
    (paling atas).

4. Selama pembakaran, volume arang akan berkurang, karena itu tempurung dapat 
    ditambahkan untuk memenuhi volume ruang pengarangan.

Pemilahan dan Pengemasan

Setelah selesai dibakar, arang dibakar. Arang yang belum terbakar sempurna dibakar kembali. Arang yang telah terbakar sempurna diayak dengan anyaman kawat (besar lobang 0,6-1,0 cm) untuk memisahkan tanah, debu dan kerikil. Sebelum dikemas, arang dibiarkan pada udara terbuka selama 12-15 hari. Setelah itu, arang dikemas di dalam kantung plastik, atau karung goni dan siap dipasarkan.